Senin, 07 Juli 2014

BreadTalk



Tugas Softskill “BreadTalk”
Nama Kelompok :
Ø Juliani tri utari (23210804)
Ø Riesca Amanda (25210927)




1.    Sejarah Bread Talk

BreadTalk didirikan pada tahun 6 Maret 2003 oleh George Quek, seorang wirausahawan yang sebelumnya memulai jaringan food court yang sukses di Singapura, Food Junction. Konsepnya berbeda dibandingkan dengan toko-toko roti lainnya pada umumnya, dengan memperhatikan penampilan toko yang dirancang agar terlihat eksklusif serta memperlihatkan dapur pembuatan roti kepada para pengunjungnya melalui kaca transparan. Berkat strategi pemasaran pelanggan (consumer marketing) yang baik, saat pertama kali dibuka, toko-toko BreadTalk seringkali dipenuhi pengunjung yang rela antri untuk mencoba produknya.

Di Indonesia merupakan premium bakery boutique pertama yang menghadirkan konsep dapur terbuka dengan gaya modern. Konsep ini memungkinkan BreadTalk untuk membuat roti langsung di tempat sehingga proses pembuatannya dapat dilihat secara langsung oleh para pelanggan dan roti yang diterima akan selalu dalam keadaan fresh.
Dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi, kelembutan roti BreadTalk tak diragukan lagi. Dalam soal cita rasa, BreadTalk terus berinovasi. Sampai saat ini BreadTalk berhasil menciptakan lebih dari 160 varian produk yang menawarkan gaya hidup baru dalam menyantap roti.

Pada tahun 2004, BreadTalk (Indonesia) berhasil meraih Best Seller Product versi majalah Marketing untuk product signaturenya, yaitu C’s Flosss dan Fire Flosss yang per harinya terjual sekitar 20.000 buah. Di negara asalnya, Singapura, BreadTalk juga mendapatkan penghargaan sebagai Singapore Promising Brand Award, Most Popular Brand 2002, Singapore Promising Brand Award, Most Distinctive Brand 2003-2004 versi Association of Small and Medium Enterprise (ASME).

Hadir di Indonesia pertama kali pada tanggal 28 Maret 2003 dengan membuka gerai pertamanya di Mal Kelapa Gading 3. Saat ini BreadTalk memiliki 55 outlet yang terdapat di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Manado, Pekanbaru, Jogja, Solo, Palembang, Batam dan Medan. Dalam waktu dekat, BreadTalk juga akan menyapa penggemarnya di Paragon dan Taman Mini (Jakarta). BreadTalk juga telah mendapatkan sertifikat halal dari MUI per tanggal 23 September 2005.

BreadTalk di Indonesia dikelola oleh Johnny Andrean. Kini sudah terdapat di beberapa kota di Indonesia diantaranya: Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Manado, Pekanbaru, Yogyakarta, Magelang, Solo, Palembang, Batam, Samarinda, Balikpapan dan Medan dengan puluhan outlet.
 
BreadTalk meluncurkan menu baru. Ada dua menu utama-unggulan yaitu champignon pizza dan hidden burger, serta tiga menu pendukung yaitu e-clair, spicy herbs, dan mount fuji. Champignon pizza berbahan dasar crispy danish dan toping jamur champignon. Di atas bagian atas roti ada siraman saos tomat dan bumbu. Pizza ini tidak menggandung daging, jadi cocok untuk Anda yang diet daging.

Boutique bakery pertama di Indonesia, yang terkenal dengan konsep open kitchennya dan kelembutan roti yang selalu fresh, tak pernah berhenti terus berinovasi dalam menciptakan produk roti, cake, dan pastry handal yang selalu menjadi favorit bagi para penggemarnya.






2.    Strategi Pemasaran

Marketing Mix 4P :
·         Promosi
Pada bagian promosi penjualan ini pihak BreadTalk sendiri menggunakan berbagai cara seperti iklan dengan cara membuat web, pramuniaga yang menggunakan seragam yang mencirikan roti lezat ini. Terdapat juga promo (kerja sama dengan kartu kredit HSBC). Untuk varian baru ada promo beli 1 dapat 2. Varian baru biasanya dipajang dekat kasir. Minim promosi dan tidak terlalu gencar berpromosi (dipilih mall yang selalu ramai pengunjung saja). Dibantu dengan 1 atau 2 X-Banner.
·         Product
Product di BreadTalk ini hanya menjual roti tetapi rotinya banyak macamnya. Mulai dari soft bread atau roti yang manis-manis, hard bread atau roti keras yang tidak berasa, kue ulang tahun, cookies, package, dan masih banyak lagi. Aroma khas sengaja di sebar dengan cara membiarkan sebagian alat bakery dibuka agar aroma tersebut dapat tercium oleh pengunjung mall. Rasa enak bersumber dari chef yang ditraining khusus. Nama unik, bahkan begitu pentingnya hingga BreadTalk secara khusus memiliki beberapa specialist yang bertanggung jawab dalam hal penamaan produk. Semua item dibuat di tempat (fress). Apabila ada sisa produk biasa dibuang atau dimakan pegawai (ditempat). Varian yang tidak laku dihilangkan secara berkala.
·         Price
Harga dari produk ini beragam tergantung rasa, ukuran, dan bahan-bahannya. Pembayarannya pun cukup mudah, bayar cash ditempat. Harga juga tidak berubah menjelang tutup took. Tidak menyediakan pembelian paket. Terdapat menu harga.
·         Place
Outlet-outlet breadtalk sudah cukup banyak tersedia terutama di mall-mall besar di seluruh indonesia. See-thru Kitchen (dapur tembus pandang ) menguatkan kehigienisan produk dan proses pembuatannya. Sengaja hanya menggunakan 1-2 kasir saja, sehingga menciptakan antrian panjang yang membuat pengunjung mall penasaran dan pada akhirnya ikut mencobanya. Tempat di setting melingkar agar semua produk bias terlihat customer. Tidak ada tempat untuk makan ditempat(café). Tempat selalu strategis. Dan yang harus diingat tidak ada outlet lain selain dimall okey.

3.    Analisis SWOT BreadTalk
a.       Strengths
o   Kreatif & inovatif
o    konsep open kitchen
o    rasa roti, bentuk roti, tekstur roti dan variasi rasa roti
o   kehandalan dan kualitas hasil.
o   Gerainya yang indah dan nyaman
o    Aroma roti yang menggiurkan
o    Cara packingnya memberikan kesan yang menarik
o     Produknya yang fresh dan terasa enak di lidah
o    Brand sudah kuat dan logo mencerminkan toko roti yang modern
o    Sifat produk yang konstan
o    Cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan banyak Negara didunia
o    Selalu mengikuti moment special dan menciptakan vaeian baru dimomen tersebut
b.      Weaknesses
§ Harga lebih mahal dari produk roti lainnya 
§  Tidak ramah lingkungan
c.       Opportunities
Ø  Membuat outlet selain di mall
Ø  Memberikan outlet seperti café sehingga pengunjung bias menikmati produk kami secara langsung dan masih fress
d.      Threats
ü  Produk/merk replikasi konsep
ü   Pesaing J.C.O, Holland bakery, dunkin donuts, breadlife, dsb
4.    Jenis perusahaan
BreadTalk merupakan perusahaan franchise



Jumat, 06 Juni 2014



PEMERINTAH DALAM MENGATASI MASALAH SUKU BUNGA PERBANKAN
(SOFTKILL)




 






                                    


Kelompok  :

·        Fera Lufhidarani Pranita (22210722)
·        Riesca Amanda (25210927)
·        Retno Ginanjar Rahayu (25210779)
·        Yelliana Ela Vita Kusumaningsih (28210616)





UNIVERSITAS GUNADARMA
2014



Artikel 1

Kesimpulan

Suku bunga akan memberikan dampak pada ;
Suku bunga deposito dan kredit yang disalurkan, harga asset, nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Suku bunga deposito dan kredit yang disalurkan dan harga asset akan berpengaruh terhadap konsumsi dan investasi dalam ekonomi. Sedangkan nilai tukar akan mempengaruhi ekspor. Konsumsi, investasi dan ekspor merupakan variabel dalam pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak didukung dengan likuiditas perbankan yang dapat menompang perekonomian, bahkan suku bunga yang tinggi dan defisit yang membesar berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi kemiskinan. Salah satunya praktek kartel, implikasinya terlihat dari struktur pasar yang bersifat oligopoly, dua aspek ini disebut kapitalisme perbankan. Kebijakan perbankan dengan suku bunga yang tinggi perlu dilakukan agar dunia usaha (sektor rill) dapat bergerak. Minimnya likuiditas yang akan dirasakan di sektor rill dalam beberapa tahun kedepan akibat imbasnya dari global economic crisis memerlukan langkah komprehensif dari dunia perbankan dalam meningkatkan kredit yang harus segera dilakukan agar pertumbuhan ekonomi dapat dijaga dan penanggulangan kemiskinan dapat berjalan dengan baik.
Beberapa kontenks dalam menciptakan suku bunga dan kebijakan moneter yang pro terhadap penganggulan kemiskinan diperlukan kebijakan sebagai berikut :
a.    Bank Indonesia harus segera melakukan kebijakan moneter akomodatif melalui kebijakan suku bunga rendah.
Krisis global masih akan dirasakan oleh indonesia, malahan rambatannya semakin kuat dirasakan buktinya neraca pembayaran terus mengalami defisit. Kondisi fiscal juga tidak kuat sehingga kebijakan moneter akomodatif perlu dilakukan seperti yang dilakukan oleh negara maju saat ini. Tujuannya agar likuiditas dapat dijaga sehingga dapat menyokong pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan berdampak pada kemiskinan.
b.    Kebijakan financial inclusion dengan mendorong intermediasi perbankan pada kelompok UMKM dan masyarakat miskin.
Saat ini akses UMKM dan masyarakat miskin masih sangat rendah terhadap perbankan. Pelaku usaha perbankan juga masih memarginalkan kelompok ini. Perbankan cenderung berupaya pada peningkatkan profit tanpa berorientasi pada pemerataan akses yang cenderung meningkatkan biaya operasional. Disinilah peranan bank indonesia dan otoritas jasa keuangan (OJK) agar mendorong perbankan untuk menyediakan layanan-layanan produk perbankan yang pro pada UMKM dan masyarakat miskin.
c.    Perlu ada regulasi agar dunia perbankan menurunkan tingkat suku bunga kredit.
Bank Indonesia dan OJK perlu tegas untuk menciptakan aturan bagi penetapan suku bunga kredit. Ini titik poin dalam upaya mendorong investasi di indonesia. Terjadinya praktek oligopoli yang mengarah pada kartel usaha merupakan penyebab terjadinya tingkat suku bunga tinggi. Ini merupakan tugas OJK nantinya dalam melakukan pengawasan terhadap perbankan.
d.   Mendorong penguat kredit di sektor pertanian terutama pada kelompok usaha mikro pertanian.
Kantong-kantong kemiskinan berada di sektor pertanian. Kesulitan petani berada pada di persoalan permodalan. Untuk itu pemerintah perlu memperkuat aturan mengenai KUR agar distribusinya jatuh pada kelompok petani. Dengan disahkannya Undang-Undang No.1 Tahun 2013 menyatakan bahwa “Lembaga keuangan Mikro (LKM) merupakan solusi dalam rangka mengatasi rndahnya akses masyarakat kecil terhadap lembaga keuangan”.


Artikel :


Artikel 2
Pengalaman menunjukkan, kebijakan suku bunga tinggi akan membawa Indonesia ke lembah krisis. Tahun 1997/1998 BI menerapkan kebijakan suku bunga tinggi hingga money market sampai dengan 70% untuk meredam inflasi. Efeknya kurang mendorong pertumbuhan ekonomi dan justru terjadi kontraksi yang cepat dan besar. Dampak yang berat dari kebijakan tersebut ialah banyak dunia usaha yang hancur (kredit menjadi puso atau macet). Nilai tukar rupiah menyala sampai dengan di atas Rp15.000 per US$1. Bank-bank masuk jurang dengan kelojotan likuiditas yang kering. Akhirnya bank-bank masuk perawatan dan tidak sedikit yang menjadi almarhum. Pemerintah Indonesia pun mem-bailout bank-bank sampai dengan Rp650 triliun.
Tahun 2005 dan 2008 pola yang sama kembali dianut, kendati agak berbeda efeknya. Pada 2005 kenaikan harga BBM yang tajam juga mengerek suku bunga dan tak berbeda pada 2008. Kebijakan menaikkan suku bunga ini justru membuat situasi pasar mencari keseimbangan baru yang bukan berarti tidak menelan korban. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah (BI) pada 2008 relatif berhasil karena krisis tidak sampai melumatkan ekonomi Indonesia, hanya menekan pertumbuhan ekonomi menjadi di kisaran 4,1%. Kebijakan bailout terhadap Bank Century yang dilakukan pemerintah dengan mekanisme asuransi (bukan APBN seperti 1998) bisa jadi ikut berperan dalam menahan krisis perbankan.
Jika suku bunga naik, hastrat untuk melakukan konsumsi (propensity to consume) akan berkurang, begitu pula hasrat untuk investasi. Selanjutnya, melemahnya konsumsi (C) dan investasi (I) akan mengurangi permintaan agregat (aggregate demand). Di sisi lain dengan suku bunga yang lebih tinggi BI ingin menghimpun dana masyarakat dan memperkuat likuiditas dolar AS karena akan banyak pemilik dolar AS konversi ke rupiah dengan bunga bank yang lebih tinggi hingga di akhir akan menguatkan kembali nilai tukar rupiah.
            Dalam keadaan ini Pemerintah melakukan tindakan kebijakan Moneter untuk mengantisipasi terjadinya inflasi akibat terjadinya kenaikan suku bunga salah satunya adalah dengan mengeluarkan kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai uang, ketersediaan uang, dan biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.
Indikator Pengukuran Stabilitas Sistem Keuangan

Indikator microprudential (​Agregat)
Indikator makroekonomi
Kecukupan modal
Pertumbuhan ekonomi
   Rasio modal agregat
   Tingkat pertumbuhan agregat
Kualitas Aset
  Sektor ekonomi yang jatuh
- Bagi Kreditur
BOP
   Konsentrasi kredit secara sektoral
   Defisit neraca berjalan
   Pinjaman dalam mata uang asing
   Kecukupan cadangan devisa
  Pinjaman terhadap pihak terkait, kredit macet (NPL) dan pencadangannya
   Pinjaman luar negeri (termasuk struktur jangka waktu)
- Bagi Debitur
   Term of trade
   DER (rasio hutang thd modal), laba perusahaan
   Komposisi dan jangka waktu aliran modal
Manajemen Sistem Keuangan yang Sehat
Inflasi
   Pertumbuhan jumlah lembaga keuangan, dan lain-lain
   Volatilitas inflasi
Pendapatan dan Keuntungan
Suku Bunga dan Nilai Tukar
   ROA, ROE, dan rasio beban terhadap pendapatan
  Volatilitas suku bunga dan nilai tukar
Likuiditas
   Tingkat suku bunga domestik
   Kredit bank sentral kpd Lemb.Keu, LDR, struktur jangka waktu aset dan kewajiban
   Stabilitas nilai tukar yang berkelanjutan
Sensitivitas terhadap risiko pasar
   Jaminan nilai tukar
   Risiko nilai tukar, suku bunga dan harga saham
Efek menular
Indikator berbasis pasar
   Trade spillover
   Harga pasar instrumen keuangan, peringkat kredit, sovereign yield spread, dll.
   Korelasi pasar keuangan

Faktor-faktor lain

  Investasi dan pemberian pinjaman yang terarah

   Dana pemerintah pada sistem perbankan

   Hutang jatuh tempo

Link
http://www.ojk.go.id/peran-bi